Selasa, 20 April 2010

Penghijauan, Kurangi Risiko Kebakaran


Miss Universe 2008, Dayana Mendoza, didampingi Putri Indonesia 2008 Zivanna Letisha Siregar dan Putri Sumsel 2008, Silvia menanam pohon di Kambang Iwak Family Park, depan Rumah Dinas Walikota Palembang, Sumsel, Rabu (20/8).


JAKARTA, KOMPAS.com — Melakukan penghijauan tak hanya bermanfaat untuk peningkatan kualitas kesehatan dan keindahan. Penghijauan ternyata juga dapat mengurangi risiko terjadinya kebakaran.

Sudjadi, Kepala Suku Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Barat, mengatakan, hingga bulan Oktober 2009 telah terjadi 168 kasus kebakaran di wilayahnya. "Beberapa kasus terjadi karena api menyala sendiri," ucapnya di Jakarta, Sabtu (31/10).

Sudjadi mengatakan, api yang menyala sendiri tersebut disebabkan tidak ada media yang dapat menahan panas bumi. Contohnya, seperti kebakaran yang terjadi di daerah Joglo, Jakarta Barat, beberapa waktu yang lalu. Api dalam gudang berasal dari tumpukan barang-barang. Tumpukan barang-barang di gudang lama-kelamaan mengeluarkan panas. Karena tidak ada yang menyerap hawa panas itu, api pun timbul.

"Kalau banyak pepohonan, maka ada media yang menyerap panas yang dikeluarkan bumi. Dengan demikian, tumpukan barang yang ada dalam gudang tidak memercikkan api," ucap dia.

Menyadari pentingnya penghijauan bagi lingkungan sekitar, Lurah Tanjung Duren Utara, Jakarta Barat, Zerry Ronazy mengimbau warganya agar melakukan penghijauan, paling tidak di halaman rumah masing-masing. "Tadinya mau satu orang, satu pohon. Tapi, menjadi satu rumah, minimal satu pohon," kata dia.

Selain itu, pihaknya secara berkala juga memberikan pohon kepada warga Kelurahan Tanjung Duren Utara. Sebanyak 300 pohon dari berbagai jenis diberikan kepada masyarakat setiap beberapa bulan.

Program penghijauan tidak hanya didukung aparat terkait. Pihak pengelola pusat perbelanjaan juga melakukan hal yang sama, seperti yang dilakukan Mal Ciputra. Melalui program Go Green, Mal Ciputra kerap membagikan bibit dan melakukan penanaman pohon di lingkungan sekitar Mal. "Jenis pohon yang dibagikan bermacam-macam, mulai dari bibit tanaman rindang, hingga tanaman hias," kata Silivia, Manager Marketing Mal Ciputra.

Ia mengatakan, selain melakukan penanaman pohon, program yang telah berjalan selama dua tahun ini juga melakukan uji emisi secara berkala. "Kita juga mengimbau agar para pengunjung menjadi green shopper dengan menggunakan tas belanja yang ramah lingkungan dan dapat digunakan berkali-kali," ucap dia.

Sabtu, 17 April 2010


Sejumlah warga tengah berekreasi di Kebun Raya Bogor (Foto: Koran SI)

BOGOR - Konferensi International Pertama Masyarakat Muslim untuk Perubahan Iklim yang diikuti 14 negara berencana menjadikan Kota Bogor sebagai Kota Hijau Dunia (green city).

Usulan ini pun mendapat dukungan dari semua peserta yang hadir karena berbagai alasan. Di antaranya karena Kota Bogor sudah memberlakukan Perda Kawasan Tanpa Rokok yang bisa mengurangi pencemaran udara, Kota Bogor kaya akan tutupan hijaunya dengan adanya Kebun Raya Bogor dan kawasan lainnya.

Penetapan Kota Bogor sebagai Kota Hijau Dunia mendapat respons positif dari Wakil Wali Kota Bogor Achmad Ruh'yat. Menurutnya penetapan ini merupakan penghargaan untuk warga Bogor.

Untuk itu, lanjut dia, warga Kota Bogor akan memberikan dukungan penuh guna menyokong gelar tersebut. Dimulai dari lingkungan sekolah dan lingkungan rumah dengan membuat tempat tanaman bunga.

Selain Kota Bogor, sejumlah kota lain di belahan dunia lain juga akan mendapatkan gelar Kota Hijau Dunia. Di antaranya Madinah di Arab Saudi, Sale di Maroko, dan Sanaa di Yaman

Jumat, 02 April 2010

Sejukkan Lingkungan dengan Kesadaran






Ada satu poin yang didapat dari kegiatan penghijauan ini, meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap upaya membuat wilayahnya menjadi ramah lingkungan. Uniknya, kepedulian itu lahir dari komunitas masyarakat desa di tingkat kelurahan.

Warga di beberapa desa dan kelurahan yang menjadi peserta acara yang diselenggarakan oleh satu perusahaan besar yang peduli terhadap lingkungan ini ternyata memiliki beberapa kegiatan yang tidak pernah diduga sebelumnya. Upaya mereka dalam mewujudkan lingkungan hijau dan meningkatkan perilaku ramah lingkungan sangat patut dicontoh daerah lain untuk mewujudkan Indonesia hijau di masa-masa mendatang.

Salah seorang juri kegiatan penghijauan ini, Prof Dr Ir Hadi Susilo Arifin MS Dipl RLE, menyatakan optimistis acara serupa ini akan banyak memberi ilmu kepada masyarakat tentang pentingnya menghijaukan lingkungan tempat tinggal mereka. Nantinya, hasilnya pun akan memberi dampak positif bagi keberlangsungan hidup mereka.

Warga Desa Bubutan, Kecamatan Purwodadi, Purworejo, Jawa Tengah, misalnya, memunyai aktivitas pengolahan pecahan kaca dan piring. Limbah beling yang biasanya tak lagi terpakai ini diolah masyarakat setempat menjadi bahan untuk penghias pot bunga. Caranya dengan memotong-motong menjadi bentuk tertentu yang kemudian ditempel pada pot. “Warga ternyata banyak yang sudah mengetahui program 5 R (reduce, reuse, recycle, reform, dan replant),” kata Hadi Susilo.

Warga desa ini juga mendaur ulang (recycle) sisa tumbuhan menjadi kompos. Sementara untuk program reform, mereka menyulap sampah plastik menjadi bentuk kerajinan tas, sandal, dan aneka bentuk kerajinan lainnya. Untuk reuse, warga Desa Bubutan membuat barang bekas menjadi vas bunga.

Masih di Kecamatan Purwodadi, warga desa Sindurjan dan Bubutan masih melakukan kebiasaan mereka, yaitu jimpitan beras. Aktivitas ini dilakukan dengan cara menaruh satu sendok beras di depan rumah mereka untuk kemudian diambil petugas yang berasal dari warga setempat juga.

Aktivitas ini, di samping menambah pemasukan kas RW dan RT, juga membantu mengamankan lingkungan. Pasalnya, ketika warga berkeliling mengumpulkan jimpitan, mereka juga memantau keamanan.

Sementara itu, dengan tujuan ramah lingkungan, warga Semarang, Jawa Tengah, juga memiliki kegiatan yang patut diacungi jempol. Sebagai daerah yang terkenal dengan air pasangnya (rob), warga tetap memunyai akal untuk tetap bisa menghijaukan lingkungannya.

Di Kelurahan Tanjung Mas, tepatnya di Gang Laviola RT 06/RW 06, para warga seragam memelihara tanaman merambat di sekitar pekarangan rumah untuk memelihara kesejukan tempat tinggal mereka. Padahal, lokasi ini sangat akrab dengan terjangan air laut yang menyebabkan tanaman tak pernah bisa bertahan lama.

Warga Laviola juga mengolah kompos yang dapat dipakai untuk memupuk tanaman dalam pot-pot menggantung di sekitar rumah mereka. Kesulitan akibat rob yang hadir setiap tahun ternyata mampu melahirkan kesadaran warganya untuk tidak warga putus asa dalam upaya menghijaukan lingkungan.
(hay/L-4)

my created

fhotoku

Followers

ipin